Hai, aku Maya. Ini kisahku dengan berbagai permasalahan dan keadaan mental ku sekarang. Sebelum itu aku akan menegaskan bahwa aku disini tidak menjual kesedihan tapi aku hanya ingin bercerita yang mungkin bisa menjadi renungan untuk kalian.
Aku hidup di keluarga kecil tanpa kasih sayang seorang ayah, apa yang kamu tebak itu benar, aku anak broken home semenjak aku lahir dunia, ah tidak! Maksud ku semenjak aku belum lahir di dunia. Tentunya menjadi anak yang hidup tanpa kasih sayang seorang ayah itu tidak mudah, bayangkan saja ketika kamu tidak tahu siapa ayah mu, bagaimana wajahnya, dimana ia sekarang, dan yang kamu tahu hanya sekedar nama yang sulit untuk diucap. Sempat terlintas dipikiranku, apakah benar aku anak mereka? Karena ibuku tak pernah mau berbicara soal ayahku.
Kehidupan ku hanya penuh dengan tekanan dan mungkin sulit untuk aku percaya. Semenjak aku tinggal dengan nenek ku dan ibu ku memilih kehidupan baru dengan pasangannya, kehidupan ku semakin rumit. Kasih sayang dari orang tua seakan hanya angan belaka dan sulit untuk aku dapatkan. Percaya lah ini masih awal dari cerita ku.
Berbagai permasalahan aku lewati dengan keterpaksaan, hingga jarang ada senyuman yang terukir di wajah ku. Bahkan teman-teman di masa aku SMP dan SMA menjuluki aku si jutek, judes, cuek, dan masih banyak lagi. Aku memang menarik diri dari mereka, karena aku berpikir bahwa tak ada yang bisa aku percayai lagi. Aku pun tak bisa mempercayai diri ku sendiri. Aku menjadi pribadi yang pendiam, sulit bergaul, dan tentunya sulit beradaptasi di lingkungan baru.
Tiap malam hanya ada tangisan dan rasa ingin…apakah aku harus menyebutnya?. Bunuh diri. Konyol memang. Tapi ketika aku merasa sangat terpuruk pikiran itu selalu ada. Aku ingat ketika aku mencoba untuk melukai diri ku sendiri dan itu tidak sakit. Tapi ingat! Jangan pernah kamu meniru perbuatanku, karena itu hanya menambah permasalahan saja.
Aku sangat stres dan selalu mencoba bangkit, tapi selalu gagal. Apakah kalian bertanya-tanya, mengapa aku tidak ke psikolog?. Entah, akupun tidak bisa menjawab itu. Aku selalu berpikir bahwa aku bisa menyelesaikannya sendiri dan aku tak ingin menyusahkan orang lain. Menjadi pribadi yang pendiam tentu sulit untuk sekedar berbicara dengan orang baru.
Kini aku berusaha untuk keluar dari zona nyamanku, mencoba untuk memiliki banyak teman, mencoba untuk percaya diri, dan selalu berusaha untuk menebar senyuman walaupun mungkin itu hanya suatu kepalsuan. Dan saat ini jarang ada tangisan yang menghiasi tiap malam, yang ada adalah ucapan semangat untuk diriku sendiri. Aku pernah mendengar suatu motivasi bahwa setiap orang mampu untuk melewati masa terpuruknya dan aku telah membuktikannya. Percayalah, ketika aku mampu melewati masa terpuruk ku, aku yakin kamu juga mampu melewatinya.
Buktikan pada dunia bahwa kamu bisa.
Penulis: Maya Evelyn Saptarina
Editor: Muthia Nida
Desain: