5 Tahapan Berduka Menurut Kubler-Ross – Tahukah kamu kalau berduka tidak hanya sekadar menangis dan kemudian kembali merasa baik-baik saja? Nyatanya, ada perjalanan panjang dalam menghadapi kedukaan. Ini dia 5 tahapan berduka menurut Kubler-Ross, seorang psikiater Swiss-Amerika.
5 Tahapan Berduka Menurut Kubler-Ross
1. Denial
Bayangkan kalau kamu baru saja mendengar gosip buruk tentang idolamu. Tentu akan muncul berbagai pikiran seperti, “Masa, sih? Kayaknya salah, deh… Ah, gak mungkin!” dan berbagai tanggapan lain. Sama halnya jika kita baru saja menghadapi kedukaan. Kita akan mulai bertanya-tanya dan sulit untuk mempercayai hal buruk yang terjadi, bahkan sibuk menyangkal kenyataan tersebut.
2. Anger
Apa yang terjadi jika kita terus menyangkal hal yang menimbulkan duka? Apakah keadaan akan langsung berubah? Tentu saja tidak. Seburuk apa pun realita di depan mata, lambat laun kita akan sadar bahwa hal tersebut memang benar adanya dan tidak terbantahkan. Munculah perasaan takut dan kesal, “Mengapa aku yang harus mengalami semua ini?”
3. Bargaining
Jika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang menyebabkan duka memang benar-benar terjadi, kita tidak akan diam saja, kan? Maka, fase selanjutnya adalah mencari cara untuk mengubah segalanya menjadi lebih baik. Fase ini umumnya ditandai dengan kemunculan banyak angan-angan, misalnya dengan berjanji kepada Tuhan untuk menjadi manusia baik demi dicabutnya hal-hal yang menyebabkan duka.
4. Depression
Setelah berbagai emosi yang bergejolak dan usaha yang dilakukan, nyatanya tidak ada perubahan. Apa yang sudah terjadi memang sudah seharusnya terjadi. Tidak ada yang bisa dibatalkan dan tidak ada yang bisa ditukar. Kita pun sampai pada fase keempat, yaitu mulai merasa lelah dan tidak berdaya.
5. Acceptance
Fase terakhir adalah situasi di mana kita mulai bisa menerima segala duka. Bukan berarti tidak lagi merasa sedih, melainkan setelah segala usaha dan emosi yang kita keluarkan, akhirnya kita dapat menerima kenyataan bahwa duka merupakan bagian dari hidup. Kita menerima perasaan tersebut namun juga mencoba untuk melanjutkan hidup. Bermodal pelajaran dan kekuatan yang diperoleh dari kedukaan, kita tetap mengingat segala hal yang telah terjadi namun juga siap melangkah untuk maju.
Hal terpenting menghadapi kedukaan adalah perhatian, pengertian, dan dukungan dari keluarga, teman, serta orang-orang terdekat. Bukannya paksaan untuk bercerita atau larangan menangis dan harus merasa baik-baik saja. Sekarang tahu, kan, kalau berduka memiliki jalan panjang dan berliku? Melewatinya tentu akan memakan waktu, tapi bukan berarti mustahil. Jika dirasa terlalu berat, jangan ragu untuk mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional, ya.
“Grief never ends, but it changes. And you don’t need to do that change by yourself.”
I Am Okay, Are You?
Penulis : Khairunnisa Fahira D
Desain oleh : Wulan
Editor : Muthia Nida
Referensi:
- Nordal, K. C. (2021). Grief: Coping with the loss of your loved one. Diakses pada 16 Februari 2021 dari https://www.apa.org/topics/grief
- PsychCentral. (2021). Mourning and the 5 Stages of Grief. Diakses pada 16 Februari 2021 dari https://psychcentral.com/lib/the-5-stages-of-loss-and-grief
- Psychology Today. (2021). Grief. Diakses pada 16 Februari 2021 dari https://www.psychologytoday.com /intl/basics/grief#the-process-of-grief