I Am Okay Indonesia

Gampang Sedih Ketika Melihat Orang Lain Sedih? Yuk Kenalan Sama Emotional Sponge

Lagi di jalan, eh ngeliat bapak-bapak udah tua lagi jualan tapi nggak laku, jadi ikutan pengen nangis, atau lagi ngedengerin curhatan temen, jadi ikutan kesel sendiri.

Beberapa dari Fellas pasti pernah merasakan hal ini, nggak sih? Peka terhadap keadaan sekitar sih boleh aja, tapi kalau berlebihan itu nggak baik, lho. Terlalu sensitif dengan emosi-emosi di sekitar bisa jadi tanda kalau Fellas sedang mengalami emotional sponge.

Kenalan Yuk Sama Emotional Sponge!

Bisa dilihat dari namanya yang terdiri dari kata sponge yang berarti spons yang mudah banget menyerap air, emotional sponge ini juga didefinisikan sebagai sebuah keadaan ketika individu terlalu mudah untuk menyerap emosi yang ada di sekitarnya, sehingga tanpa sadar menyebabkan dirinya menjadi terbawa emosi tersebut.

Seperti halnya spons, individu yang mengalami emotional sponge ini akan dengan mudah menyerap emosi apapun yang ada di sekitarnya tanpa bisa melakukan seleksi antara emosi positif atau emosi negatif.

Dalam bidang psikologi, saat seseorang membantu orang lain mengatur emosinya, baik itu dengan menyemangati atau menenangkannya, orang tersebut secara tidak langsung akan terlibat dalam apa yang disebut dengan regulasi emosional antarpribadi ekstrinsik (Nozaki, 2019).

Hal ini muncul misalnya ketika Fellas merasa sangat berempati dengan cerita orang lain, mungkin Fellas akan terdorong untuk memperbaiki keadaan bahkan tanpa menyadari hal tersebut. Dalam psikologi populer, ini disebut sebagai emotional sponge.

Pro dan Kontra Emotional Sponge 

Jika Fellas membaca dari deskripsi di atas, emotional sponge dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Maka dari itu, ada potensi manfaat dan juga potensi risiko apabila individu mengalami emotional sponge ini. 

Pro atau Manfaat : 

  1. Muncul rasa senang karena bisa membantu orang lain. Biasanya, kepribadian atau karakteristik emotional sponge pada individu akan membuat individu tersebut dipercaya dan diandalkan oleh orang di sekitarnya karena dianggap sebagai pendengar yang baik
  2. Menumbuhkan identitas penolong. Akibat dari anggapan pendengar yang baik, kemampuan untuk memvalidasi dan memahami perasaan orang lain menjadikan individu dengan emotional sponge dianggap sebagai penolong oleh beberapa orang 
  3. Membantu berpikir lebih dalam tentang masalah kesehatan mental. Meluangkan waktu untuk terlibat dalam membantu orang lain juga akan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk belajar tentang hal-hal terkait yang dialami oleh orang tersebut. Hasilnya adalah muncul peningkatan kesadaran pada diri sendiri.

Kontra atau Risiko : 

  1. Merasa kewalahan. Beberapa orang, khususnya profesional di bidang kesehatan mental, dilatih untuk mengelola reaksi emosional mereka sendiri terhadap pasien, tetapi beberapa orang terbiasa tidak melatih hal tersebut. Sehingga, apabila emotional sponge ini dialami oleh orang yang tidak mampu mengelola reaksi emosional terhadap orang lain, orang tersebut akan kewalahan dengan banyaknya emosi lain yang harus ditangani. 
  2. Memunculkan sifat ketergantungan dari orang yang meminta bantuan. Karena sifat seseorang dengan emotional sponge yang mudah untuk berempati dan dianggap mampu memvalidasi serta memahami perasaan orang lain, terkadang memunculkan risiko ketergantungan dari orang tersebut.
    Sehingga, terkadang muncul kasus-kasus berat seperti depresi berat, bipolar, atau gangguan kesehatan mental lain yang memilih untuk menggantungkan diri pada orang-orang yang mampu memahami perasaan mereka daripada memilih untuk pergi ke profesional. 
  3. Memicu munculnya depresi pada diri sendiri. Ketika diri sendiri dengan mudah menyerap emosi-emosi yang ada di sekitar, khususnya emosi negatif, hal ini akan memicu datangnya serangan panik hingga mampu menyebabkan depresi.

Jadi, adanya emotional sponge ini juga dapat memunculkan sisi positif dan juga negatif lho, Fellas. Nah, berikut adalah beberapa cara yang mungkin dapat Fellas terapkan agar emotional sponge yang ada di diri Fellas tidak terlalu berlebihan, diantaranya yaitu : 

  1. Cobalah untuk menetapkan batasan atau boundaries yang kuat 
    Nggak ada salahnya ketika Fellas memiliki sikap empati yang tinggi terhadap orang lain. Namun, harus ditanamkan pada diri sendiri, bahwa tidak semua hal menjadi tanggung jawab kita dan mampu kita atasi.
    Oleh karena itu, mulailah untuk menetapkan boundaries yang kuat supaya tidak memunculkan hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan ragu untuk menjauhi hal-hal yang dirasa sangat mengganggu diri kamu, ya, Fellas. 
  1. Berikan waktu untuk diri sendiri. 
    Seseorang yang merasa memiliki emotional sponge yang tinggi sangat memerlukan waktu untuk sendiri. Momen sendiri ini dapat digunakan untuk mengurangi tekanan emosional yang dialami. 
  1. Jangan ragu untuk mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang tidak kamu inginkan. 
    Terkadang, perlu bagi kita untuk mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Ketika sudah merasa bahwa diri sendiri tidak mampu, sangat mengganggu dan memberatkan, jangan pernah ragu untuk mengatakan tidak. 
  2. Mulai berlatih untuk meregulasi emosi
    Ketika berada di keramaian, seseorang dengan emotional sponge akan mudah menyerap segala emosi yang ada di sekitarnya bahkan emosi negatif sekalipun. Maka dari itu, mulailah untuk melatih regulasi emosi pada diri sendiri.

Nah, itu tadi sedikit pembahasan tentang emotional sponge. Mulai sekarang, coba yuk untuk lebih aware dan peduli dengan diri sendiri. Jangan terlalu mengedepankan kepentingan orang lain, namun, juga jangan terlalu egois, ya, Fellas.


Penulis: Emithadwisaa
Editor: Lala
Desain:
SEO: Novia Razmuliani


REFERENSI:

  1. Beresin, E. (2020). Being an Emotional Sponge: Tips For Youth Supporting Friends. Psychology Today. Retrieved from: https://www-psychologytoday-com.translate.goog/us/blog/inside-out-outside-in/202002/being-emotional-sponge-tips-youth-supporting-friends?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp 
  2. Ismi, T. (2020, 18th December). Waspada Emotional Sponge, Terlalu Berempati hingga Pengaruhi Kesehatan Mental. glints.com. Retrieved from: https://glints.com/id/lowongan/emotional-sponge/#.Y8QVrHZBy5e 
  3. Lo, I. (2020). Have You Been Used as an Emotional Sponge?. Psychology Today. Retrieved from: https://www-psychologytoday-com.translate.goog/us/blog/living-emotional-intensity/202003/have-you-been-used-emotional-sponge?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp 
  4. Pratama, F. (n.d). Mengenal Emotional Sponge, Rasa Empati yang Justru Bisa Merugikan. theAsianparent. Retrieved from: https://id.theasianparent.com/emotional-sponge 
    Utami, R. L. W. (2022, 4th March).
  5. Mengenal Emotional Sponge, Kepribadian yang Mudah Menyerap Stres. Satu Persen. Retrieved from: https://satupersen.net/blog/mengenal-emotional-sponge