I Am Okay Indonesia

Insecure Boleh, Tapi Harus Bangkit Lagi!

Hi Fellas, perkenalkan namaku Angel.

Dulu waktu aku masih kecil isu kesehatan mental belum atau kurang dipedulikan oleh masyarakat di lingkungan sekitarku. Namun, ketika aku mulai beranjak dewasa, orang-orang mulai peduli dengan isu ini. Aku ceritakan sedikit ya, kisah dan pengalamanku terkait isu kesehatan mental, bagaimana aku menghadapinya hingga mengatasi apa yang aku alami.

Insecure itu boleh kan?

Pertanyaan soal insecure seakan tidak ada habisnya. Aku sering dan bahkan sampai sekarang masih merasa insecure dengan diri aku sendiri, entah kenapa ini bisa terjadi dan berimbas pada kondisiku yang terus menerus merasa insecure dan tidak bisa menerima diri aku apa adanya.

Semuanya berawal saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, perawakan tubuhku memang kecil atau bahkan bisa dibilang krempeng. Aku punya teman laki-laki namanya Riki, dia sering ngatain aku ‘tokek’ karena katanya badan aku kecil dan kurus seperti tokek. Setiap hari aku merasa selalu di-bully secara verbal melalui perkataan itu. 

Saat itu, aku cuma bisa menangis, pulang sekolah kadang nangis ngadu ke Mama tetapi respon Mama malah tidak seperti yang aku inginkan. Sejujurnya saat itu aku benar-benar membutuhkan dukungan dan motivasi. Aku butuh support system yang kuat karena diumur yang masih anak-anak itu mengalami perundungan yang membuatku tersiksa secara psikologis.

Beranjak masa Sekolah Menengah Pertama, aku mulai merasakan perubahan yang terjadi di tubuhku. Layaknya remaja perempuan lain, yang mengalami masa pubertas pada umumnya, tetapi aku merasakan keanehan dimana berat badan aku gitu-gitu aja. Sebenarnya aku mau seperti temanku lainnya, yang berat badannya bertambah, tubuh mereka mulai terbentuk sempurna seperti perempuan pada umumnya. Mulai dari hal itu, aku merasa insecure parah. Selalu terlintas di pikiranku, dan bertanya dalam hati, Kenapa badan aku tidak seperti mereka? Kapan aku seperti mereka? Kenapa aku kecil sekali? Kenapa, kenapa, dan kenapa lagi. Ditambah, saat itu aku jerawatan parah, sudah coba berbagai macam produk kecantikan, tetapi hasilnya nihil.

Aku sempat menutup diri, tidak mau kemana-mana, dan mengurung diri di kamar. Aku menjadi orang yang cukup tertutup, dengan menangis sendiri dalam diam adalah hal yang sering aku lakukan ketika mulai insecure, membandingkan diri dengan orang lain. Apalagi ketika bertemu dengan orang lain yang selalu bertanya Angel kok nggak gemuk-gemuk, ya?Jerawat kamu kok banyak banget, sih? Pertumbuhan kamu juga kok lambat, ya?. Dan faktanya, apa yang mereka katakan benar, aku saja  baru mendapatkan menstruasiku ketika berumur 15 tahun, dan membuatku kebingungan mempertanyakan kenapa aku kecil? Kenapa aku kurus? Padahal makannya banyak.

Memasuki Sekolah Menengah Atas, aku mulai membuka diri dengan dunia luar, meskipun masih ada rasa ragu yang besar dengan diriku sendiri. Secara fisik ketika aku masuk SMA rasanya kayak anak kelas 1 SMP, tetapi disini aku menemukan support system terbaik aku, yakni Mama. 

Terima kasih Support System-ku, Mama!

Mama yang menyadarkanku dengan selalu memotivasiku. Aku pun mulai semangat dan sedikit percaya diri. Padahal di sisi lain, masalah jerawat aku seakan tidak ada habisnya. Akhirnya aku mulai membuat akun Instagram dan mem-follow akun-akun yang berkaitan dengan psikologi juga hal–hal yang berkaitan dengan insecurity. Pikiran aku akhirnya mulai terbuka. Aku juga berhenti membanding-bandingkan diriku dengan orang lain dan mulai meningkatkan rasa percaya diriku. Aku juga yakin apa yang membuat aku istimewa itu tentunya tidak ada pada orang lain. Jadi, yuk mulai bersyukur dan menerima diri sendiri.

Penulis: Angeliena Corbara Ina Bribin Kleden
Editor: Noor Faa’izah
Desain:

I Am Okay
I Am Okay merupakan wadah kolaborasi sosial berbentuk kampanye edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja Indonesia.