Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan sosok yang dapat menjadi tempat berkeluh kesah ketika hari-hari terasa semakin berat. Bagi sebagian orang, “sosok” tersebut seringkali berwujud sebagai bestie kita.
Memang menenangkan rasanya ketika mengetahui bahwa kita memiliki seseorang yang dapat kita hubungi dan menghibur disaat-saat sulit. Namun terkadang, di antara dua pihak bisa saja satu pihak selalu menjadi sosok yang berkeluh kesah, sementara satunya terus menerus jadi sosok yang harus selalu hadir menemani dengan segudang solusi.
Jika kamu adalah orang tersebut, si bestie dengan segudang solusi, mungkin saja pada satu titik kamu merasa overwhelmed dengan segala drama yang terjadi. Meskipun memang membantu orang tersayang kita dalam mengambil keputusan, melalui masalah rumit, atau membantu menyelesaikan masalah yang membuat mereka merasa down dapat juga membuat kamu bahagia, tapi kalau masalahnya selalu ada dan kadang selalu sama, apakah kalian juga tidak lelah?
Persahabatan yang Menguras Emosi
Tentunya, tidak ada hubungan yang sempurna, tidak terkecuali hubungan persahabatan. Setiap tokoh dalam hubungan pasti rentan terhadap perselisihan dan masalah dari waktu ke waktu. Namun, ketika kamu terus membantu menyelesaikan masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu, hal ini dapat menjadi beban mental, emosional, dan bahkan fisik bagi kamu loh, fellas.
Bahkan, terus menerus menjadi pundak yang disandari dapat meningkatkan resiko kamu untuk merasakan second-hand anxiety, lho! Duh, cukup sudah rasa bahagia mereka saja yang menjadi rasa bahagiamu. Jangan sampai rasa stres dan kekhawatiran mereka menulari kamu juga dalam jangka panjang. Niat mau membantu teman, tapi ternyata kamu jadi terkena emotional burnout. Kalau begitu kan, jadi gak enak.
Bagaimana Tanda-tanda Teman yang Menguras Emosi?
Masalah yang terjadi pada teman si penguras emosi ini terkadang bukan masalah besar yang benar-benar penting bagi hidup mereka dan mungkin pernah terjadi sebelumnya. Bisa dikatakan, masalah yang mereka alami merupakan pola yang berulang.
Coba ingat-ingat kembali. Apakah kalian memiliki teman yang selalu dikelilingi drama, terus-menerus mengeluh, atau rutin minta saran ini-itu, tapi tetap berkutik masalah yang sama? Yep! Mereka adalah ciri utama dari seseorang yang tampaknya menguras energi mental dan emosional mu setiap kali mereka membawa masalah mereka ke dalam hidupmu. Namun, jika kamu masih belum yakin dengan tanda-tandanya, coba perhatikan list di bawah ini untuk mengidentifikasi ciri-ciri lainnya.
- Merasa jengah dan lelah secara fisik sehabis mendengarkan ‘si dia’ curhat.
- Sering mengalah demi menuruti tuntutannya.
- Mengkhawatirkan masalah yang sebenarnya tidak melibatkanmu secara langsung.
- Kamu jadi lebih mengutamakan kebutuhan dia dibandingkan kebutuhanmu.
- Kamu memberikannya saran untuk menyelesaikan masalah, tetapi cenderung diabaikan dan dia tetap berkutik pada masalah yang sama.
- Selalu mengeluh mengenai hal kecil yang trivial.
- Kamu harus menahan diri untuk tidak menyinggungnya.
- Kamu harus selalu jadi pihak yang selalu ada dan memberikan dukungan.
- Perasaan dan pandangan positifmu terhadap mereka mulai berkurang.
Nah, kamu merasa kenal dengan sosok yang mirip dengan poin-poin di atas gak, fellas? Si dia yang emotionally draining juga sering melakukan gaslighting ketika kamu mulai menjauh dan menolak ajakannya, lho.
Bagaimana Cara Menghadapi Teman yang Menguras Emosi?
Tidak ada persahabatan yang layak membuat kamu merasa tertekan dan mengabaikan kebutuhanmu sendiri. Dalam konteks ini, kamu juga mungkin tidak mau serta-merta memutuskan hubungan pertemanan, terutama jika sikap temanmu yang menguras emosi terjadi karena alasan yang kamu ketahui. Untuk itu, yuk simak beberapa cara di bawah ini.
- Berhenti Menawarkan Solusi
Apabila dia sering datang padamu untuk mengeluh dan bertanya mengenai apa yang harus ia lakukan, tahan dirimu untuk memberikan solusi. Strategi terbaik yang dapat kamu lakukan adalah hindari memberi solusi dan berikanlah afirmasi sebagai penggantinya. Kuatkan dan motivasi mereka dengan kata-kata untuk dapat meyakinkan bahwa mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
- Ketahuilah Batasan Dirimu
Penting bagimu untuk mengetahui batasan-batasan tertentu agar masalahnya tidak menjadi masalahmu. Jangan sampai kebutuhan dan prioritasmu malah dinomorduakan. Menolak untuk selalu ada dan hadir menemani bukanlah hal yang egois karena kamu bisa menjadi teman yang baik tanpa mengorbankan kepentingan sendiri.
- Tawarkan Alternatif Lain
Jika kamu merasa bahwa masalah mereka mulai mengkhawatirkan dan benar-benar serius, coba perlahan tanyakan padanya mengenai opsi mencari pertolongan profesional seperti konselor atau psikolog. Ketika sahabatmu menunjukkan tanda-tanda depresi, kecemasan, atau masalah mental lainnya, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari bantuan profesional.
Itu dia penjelasan dan beberapa tips dari kami bagi kamu yang menghadapi teman yang rasanya menguras semua energimu, fellas! Semoga membantu!
Penulis: Litara Fathin
Editor: Zandha
Desain: Zordy
SEO Editor: Hafizh
Referensi:
- Ferrarello, S. (2020, 3 Agustus). “I Don’t Want to Burden Others With My Own Emotions”: Why emotional sharing is so important in our lives. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/lying-the-philosophers-couch/202008/i-don-t-want-burden-others-my-own-emotions
- N.n. (n.d.). What makes a good friend?. ReachOut. https://au.reachout.com/articles/what-makes-a-good-friend
- Thorp, N. (2019, 29 November). If your friends see you as an emotional burden, maybe they’re not your true pals. Metro. https://metro.co.uk/2019/11/22/if-your-friends-see-you-as-an-emotional-burden-maybe-theyre-not-your-true-pals-11196648/