Ketika berhadapan dengan banyak orang, kegugupan itu datang. Keringat dingin bercucuran, jantung berdetak cepat dan kencang. Yang awalnya menguasai materi, seketika blank. Yang awalnya banyak pendapat terlintas di pikiran saya, seketika hilang. Ketika ingin berpendapat, seketika memilih diam karena takut mata-mata yang lain melihat ke arah diri ini. Kenapa hal itu terjadi ? Ya, mari saya ulas dan kita telisik apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Di masa lalu, ketika masih mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Menengah Pertama, saya tidak seperti itu. Bahkan saya termasuk orang yang sangat aktif, banyak dikenal guru, sering mengutarakan pendapat, memiliki kemampuan public speaking yang baik, dan ya, saya dikenal di kalangan angkatan saya, bahkan adik kelas pun tahu. Tapi semua itu berubah. Semua berubah seketika ketika saya gagal meraih impian saya. Ketika saya mendapat banyak tekanan dari dalam dan luar lingkungan. Tekanan berupa apa? Tekanan pembullyan dari lingkungan sekitar, tekanan dari orang tua karena kegagalan saya meskipun saya sudah berusaha dengan maksimal.
Saya frustasi. Saya menjadi pendiam, pemurung, bahkan parahnya lagi saya tidak percaya dengan tuhan. Aku kecewa dengan tuhan karena aku sudah berusaha semaksimal mungkin, sudah ibadah dan berdoa tapi harapan saya dan cita-cita saya dipatahkan.
Ketika itu, saya tidak ada keinginan sekolah lagi, namun orangtua saya tetap mendampingi, memberi penjelasan dan tiba-tiba saya memutuskan untuk masuk pesantren. Tapi ternyata memang jalan hidup saya tidak berjodoh dengan pesantren dengan alasan saya adalah anak tunggal. Pada akhirnya, saya bersekolah di SMA dekat rumah. Dengan tekanan-tekanan yang ada di sekitar, membuat saya benar-benar semakin down, semakin frustasi, semakin merasa bahwa diri ini bodoh, merasa bahwa tidak berguna, dan masih banyak lagi pikiran-pikiran negatif yang menghantui diri saya. Saya kalut, bahkan ketika sudah masuk kelas 10 SMA, rasa untuk belajar belum juga hadir.
Situasi membuat saya makin kalut, karena orang tua saya yang mendidik keras, sangat membatasi saya dalam hal apapun dengan alasan “kamu sudah gagal masuk SMA yang kamu mau, jadi kamu harus persiapkan jauh-jauh hari untuk masuk di dunia perkuliahan. SMA adalah akhir dari sebuah awal, jadi kamu harus bisa masuk kampus yang bagus dan sesuai keinginanmu”.
Semakin kalut, semakin tertekan, sering kali setiap malam tiba-tiba saya menangis, teringat semua yang terjadi saya menangis, mudah emosi dan sensitif. Titik dimana saya bangkit dari kekalutan saya ini adalah suatu ketika saya sedang main hp, saya buka salah satu artikel yang membahas kesehatan mental. Dari situ saya mulai berubah. Saya mulai kembali belajar agama, belajar kembali tentang hal-hal yang hilang dari diri saya ketika masalah itu datang.
Saya kembali belajar mengaji, mengkaji, dan pelajari sunah-sunah serta hadist-hadist. Dulunya saya ini adalah pribadi yang kurang suka membaca. Tapi karena hal tersebut, saya menjadi suka membaca, hanya saja topiknya lebih spesifik. Dari situ saya juga belajar apa itu kesehatan mental, seberapa penting kesehatan mental itu. Namun, saat SMA itu saya belum begitu tertarik untuk memperdalam secara detail. Saya masih belum bisa mencintai diri sendiri, saya belum bisa melepaskan orang-orang toxic di hidup saya, saya masih belum bisa beranjak, masih stuck namun sudah mulai merangkak perlahan meskipun ada hal-hal yang membuat saya kembali mundur.
Niat sudah bulat, saya terus berusaha bertahan hingga 2019 tepatnya, dimana Saya mendapat kebahagiaan saya lolos 2 jalur masuk PTN yang membuat cambuk saya untuk semakin bangkit. Ketika masuk dunia perkuliahan, saya memilih jalan pasif. Masuk semester 2 menuju ke semester 3 saya sadar bahwa jalan yang saya pilih untuk menjadi mahasiswa pasif ini akan membuat saya tidak berkembang, dan saya harus bisa bangkit dari masalah-masalah yang lalu. Saya berusaha melangkah Dan saya mencari tahu hal-hal tentang kesehatan mental, dan mencari lingkungan agama yang baik.
Sampai akhirnya pada akhir semester 3 saya menemukan akun I Am Okay yang membantu saya untuk mau bergerak lebih baik dan berproses lebih baik. Dari akun iamokay.id, saya berusaha mencintai diri sendiri, memilih circle yang baik, berusaha menjadi orang yang tidak toxic dan masih banyak perubahan di diri ini berkat akun tersebut.
Dari akun tersebut saya sadar bahwa kesehatan mental itu penting, dan dari akun tersebut juga membuat tingkat literasi saya meningkat, saya lebih sering membaca tentang kesehatan mental. Karena materi dari iamokay.id yang diberikan dan dibagikan ini terbungkus rapi dalam sesuatu yang menyenangkan. Bahkan beberapa kali saya membaca artikel tentang psikologi islam.
Dari sekilas cerita hidup saya, bisa diambil hikmahnya bahwa kesehatan mental itu sangat penting. karena keimanan berbanding lurus dengan kesehatan mental. Terlalu kalut dalam masa lalu itu tidak akan merubah apapun, maka balas dendam terbaik adalah pembuktian dan berubah jadi lebih baik.
Banyak hal yang harus di benahi dalam negeri ini, selain yang terpenting dalam ranah pendidikan, kita sebagai masyarakat harus mulai terbuka terhadap hal-hal seperti pentingnya kesehatan mental dan juga parenting, yang ini sangat berpengaruh untuk kebaikan seluruh masyarakat, keamanan, ketentraman, serta kedamaian dalam negeri ini.
Semoga kita semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental. Buat kalian yang belum berdamai dengan masa lalu, mulailah berjalan meski sulit.
Make peace with yourself and your past.
Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih mengerti, serta lebih peduli dengan kesehatan mental. Karena sehat mental juga mempengaruhi sehat fisik kita.
Semangat, and don’t give up!
Penulis: Bhanasya Shafa Aurelia
Editor: Nurul Malahayati
Desain: Dono