“Mimpi dikejar binatang tuh artinya kamu ada keinginan kuat yang belum tercapai”
“Kamu sering mimpi tenggelam? Kamu lagi takut apa? Menurut fakta psikologi, tenggelam itu simbol dari rasa takut lho”
“Kamu mimpiin hewan peliharaan kamu? Wah, selamat ya, kata ahli psikologi sih bulan ini kamu bakal untung!”
Pernah mendengar ungkapan serupa dari teman atau artikel internet? Sebenarnya, bagaimana keilmuan psikologi menilai mimpi?
Mimpi dari Sudut Pandang Ilmu Psikologi
Tokoh psikologi terkenal di masa awal perkembangan ilmu psikologi seperti Carl Jung dan SIgmund Freud meyakini bahwa mimpi merupakan “saluran” untuk melihat bagian pikiran kita yang terdalam, yang mungkin tidak pernah sampai ke kesadaran. Penginterpretasian mimpi adalah sesuatu yang simbolik, seolah-olah mimpi ditulis dalam kode rahasia yang harus dipecahkan. Mungkin pandangan ini selaras dengan berbagai artikel populer mengenai makna mimpi dengan berbagai interpretasinya yang bertebaran di internet. Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana membuktikan hal tersebut secara saintifik?
Kontras dengan pandangan era lama, neuroscientist meyakini mimpi semata-mata adalah efek samping dari proses neurologis yang kompleks yang dimiliki manusia. Sains telah membuktikan bahwa selama tidur, otak kita bergantian terjaga dan bahkan menjalani aktivitas neurologis yang intens. Tidur diketahui dapat memperkuat ingatan dan menghapus memori yang tidak lagi dipakai. Kemungkinan besar, aktivitas ini memicu munculnya emosi, sensasi, dan memori secara random. Sebagai makhluk cerdas yang selalu berusaha memahami apa yang terjadi dengannya, manusia berusaha memahami dan menginterpretasikan kejadian tersebut meski sebenarnya hal itu tidak bermakna apapun.
Kerandoman ini juga yang membuat mimpi kadang terlihat tidak masuk akal.
Neurocognitive Model of Dreaming?
Ada pula ilmuwan yang meyakini jalan tengah dari kedua pandangan kontradiktif di atas. Tore Nielsen dan Ross Levin menyusun Neurocognitive Model of Dreaming. Secara sederhana, model ini mengatakan bahwa, “Iya, mimpi itu memang berkaitan erat dengan proses neurologis. Kemungkinan besar juga gak ada hubungannya dengan nasib atau takdir kita.
Tapi, bisa jadi mimpi tersusun dari keadaan emosional kita. Jadi, mimpi membunuh orang mungkin gak berarti kamu akan sial, tapi kalau kamu sering bermimpi itu dan mimpi buruk lainnya, bisa jadi kondisi emosionalmu sedang gak bagus”. Menurut Nielsen dan Levin, mimpi menjadi saran “pelepasan” emosi negatif yang dilakukan secara tidak sadar sehingga tidak mengganggu aktivitas yang kita lakukan sehari-hari.
Yap, jadi bahkan para ilmuwan sampai hari ini masih terus mencari tahu lebih dalam mengenai mimpi dan mengapa kita bermimpi. Sains akan terus berevolusi sampai menemukan jawaban terakurat.
Kalau Makna Mimpi itu Bohong, Kenapa Banyak yang Percaya?
Mari sedikit berkenalan dengan Barnum Effect. Barnum Effect adalah efek yang terjadi ketika setiap orang menganggap pernyataan yang menggambarkan diri mereka akurat meski semua orang lain menerima pernyataan yang persis sama. Hal ini karena sebenarnya makna atau pernyataan yang diberikan dapat diaplikasikan secara general. Terlepas dari mimpi apa yang dialami semalam, kita pasti punya ketakutan atau keinginan yang belum tercapai di beberapa bagian dalam hidup kita, kan?
Setelah membaca ini, semoga kamu lebih bijak dan tenang dalam menyikapi mimpimu ya!
Desain oleh: Farah Shalihah
Penulis: Shafira Izqiva R
Editor: Muthia Nida
Referensi:
- Feldman, B. (2018). DO Dreams Really Mean Anything? Retrieved from https://www.psychologytoday.com /us/blog/supersurvivors/201801/ do-dreams-really-mean-anything