I Am Okay Indonesia

Setelah Gaslighting Terbitlah Emotional Blackmailing

Mungkin kalian udah familiar banget ya dengan istilah gaslighting. Istilah ini tuh sering banget kita temui dalam kehidupan, baik di media sosial ataupun di real life.

Tapi kalian udah tahu belum, sih fellas? Ternyata selain gaslighting, ada bentuk manipulasi psikologis lainnya lho! Penasaran, kan? Yuk, simak penjelasan lengkap terkait dengan emotional blackmailing agar kamu nggak menjadi korban selanjutnya!

How Emotional Blackmailing Works?

Well, emotional blackmailing ini merupakan bentuk manipulasi psikologis yang melibatkan tuntutan serta ancaman yang dapat memunculkan fear, guilt, dan anger dalam diri korban. Emotional blackmailing ini memiliki tujuan yang sama dengan gaslighting, yakni mengontrol perilaku serta mengacaukan pikiran korbannya.

Berikut ini merupakan 6 stages pada emotional blackmailing

  1. First Stages – Demand 
    Awalnya si manipulator akan memberikan tuntutan (demand) kepada korbannya, biasanya tuntutan ini disertai dengan ancaman. Si manipulator ini seringkali berlindung di balik kata ‘aku minta kamu gini/gitu itu demi kebaikan kamu kok,’ padahal sebenarnya mereka sedang berusaha untuk mengontrol dirimu.
  1. Second Stage – Resistance
    Pada stage ini, korban berada di fase dimana mereka tidak bisa memahami tuntutan yang diberikan oleh si manipulator, sehingga korban menolak dan menunjukkan perilaku menghindar dari si manipulator.
  1. Third Stage – Pressure 
    Pada hubungan yang sehat, ketika terdapat penolakan maka pasangan akan mencari solusi bersama. Namun, lain cerita dengan sosok manipulator, ia akan memaksa dan menekan korban dengan  melakukan guilt trip agar korban mau menuruti kemauannya.
    Salah satu contoh dari stage ini adalah saat manipulator mengatakan, ‘kalau kamu sayang sama aku, kamu harusnya nurutin aku.’So, fellas kalau kamu merasa pasanganmu sering mengatakan hal tersebut, kalian perlu waspada, ya!
  2. Fourth Stage – Threats
    Apabila manipulator gagal memanipulasi korban, ia akan menggunakan ancaman sebagai cara untuk mengontrol korban. 
  3. Fifth Stage – Compliance  
    Pada fase ini, ibaratnya korban ‘mengibarkan bendera putih’ atau dengan kata lain mereka menyerah dan memilih menuruti kemauan si manipulator. Hal ini bisa terjadi karena korban merasa ‘aman’ apabila menurut karena sikap manipulator akan menjadi hangat apabila kemauannyadituruti.
  4. Sixth Stage – Repetition
    Pada tahapan terakhir, korban pada akhirnya memiliki mindset bahwa mencintai itu bukan tanpa syarat dan akan lebih mudah menjalani hubungan apabila ia menuruti kemauan si manipulator.
    Di sisi lain, si manipulator memiliki kontrol dan telah memahami cara memanipulasi pasangannya. Pola ini pun akan terus diulangi apabila tidak ada penolakan dari pihak korban.

Types of Emotional Blackmailing

  1. Punishers
    Manipulator biasanya akan memberikan ancaman yang ditujukan untuk mengancam pasangannya agar ia memperoleh apa yang dia inginkan. Ketika korban merasa takut, bingung, dan cemas maka akan lebih mudah bagi manipulator untuk mengontrol pasangannya.
  2. Self-Punishers
    Hampir mirip dengan punisher, tetapi yang membedakannya adalah manipulator menjadikan dirinya sebagai subjek yang akan mendapat ‘hukuman’ guna menarik empati dan memunculkan perasaan bersalah pada pasangannya.
  3. Sufferers
    Manipulator tipe ini biasanya akan menyalahkan pasangannya akan penderitaan dan rasa sakit yang dialami oleh si manipulator. Misalnya, si manipulator ini kehujanan saat perjalanan pulang ke rumah dan esoknya ia demam, lalu si manipulator ini akan menyalahkan pasangannya yang tidak menjemput dia dan biasanya akan melebih-lebihkan rasa sakit yang ia alami agar pasangannya merasa bersalah dan harus bertanggung jawab atas apa yang menimpa dirinya.
  4. Tantalizers
    Last but not least, tipe ini adalah tipe manipulator yang paling membingungkan. Sebab, manipulasi yang dilakukan melibatkan pujian dan rewards, sehingga menumbuhkan harapan pada korban bahwa apabila ia menuruti si manipulator, ia akan memperoleh rewards tersebut.

How to Handle Emotional Blackmailing?

Nah, fellas berikut ini merupakan poin penting untuk melindungi dirimu agar tidak terjebak oleh si emotional blackmailer

  1. Kenali dahulu jenis emotional blackmailing, biasanya hal termudah untuk mengidentifikasi emotional blackmailing adalah adanya tekanan, ancaman, serta usaha pasangan untuk mengontrol dirimu secara berlebihan.
  2. Tenang dan mindful, kunci utama menghindari emotional blackmailing adalah bersikap tenang ketika pasanganmu menuntut atau mengancam dirimu. Jangan buru-buru memberikan respon, jika kamu merasa tertekan dan panik, kamu bisa menjauh dari pasanganmu terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Fellas, perlu kamu ingat bahwa manipulator seringkali memanfaatkan rasa takut dan panik untuk mengontrol dirimu. 
  3. Kompromi, bangun komunikasi agar kamu dan pasanganmu dapat memahami keinginan atau hal yang tidak disukai oleh satu sama lain. Alih-alih pasrah dan hanya menerima, cobalah untuk meminta pasanganmu menjelaskan situasi serta alasan dari setiap emosi yang muncul pada dirinya, kemudian diskusikan. Ingat! Jangan biarkan pasanganmu mengontrol pikiran dan emosimu ya, fellas!

Glosarium 

Gaslighting : merupakan bentuk manipulasi psikologis dengan membuat individu atau kelompok yang ditargetkan ragu, mempertanyakan ingatan, persepsi, dan akal sehat mereka sendiri.


Guilt Trip : bentuk manipulasi yang bertujuan membuat orang lain merasa bersalah atau bertanggung jawab untuk mengubah perilaku atau keputusan tertentu.


Penulis: Shivaherninda
Editor: Lala
Desain:
SEO: Novia Razmuliani


REFERENSI:

  1. Raypole, C. (2020). How to spot and respond to emotional blackmailing. Healthline. https://www.healthline.com/health/emotional-blackmail#how-it-works 
  2. Doll, K. (2019). 18 Ways to handle emotional blackmail (+examples & quotes). PositivePsychology. https://positivepsychology.com/emotional-blackmail/