Fellas, selama ini kita selalu diajari untuk menerapkan tiga kata ajaib dalam kehidupan sehari-sehari. Mengucapkan kata ‘tolong’ ketika meminta bantuan, mengucapkan kata ‘terima kasih’ ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain, dan mengucapkan kata ‘maaf’ ketika kita berbuat salah terhadap orang lain.
Meminta maaf itu memang baik untuk meminimalisir konflik, tetapi over-apologizing justru bisa berbahaya bagi diri kita sendiri lho, fellas. Kenapa bisa begitu ya? Yuk, cari tahu jawabannya di artikel ini!
Definisi Sorry Syndrome
Apakah kalian pernah menemui orang yang selalu minta maaf dalam hal apapun, bahkan dalam hal sepele sekalipun? Kalau begitu, bisa jadi orang tersebut terkena sorry syndrome.
Sorry syndrome itu sendiri adalah istilah yang merujuk pada kecenderungan yang membuat kita merasa harus meminta maaf atas hal-hal yang bukan merupakan kesalahan kita, atau bahkan berada di luar kendali diri sendiri.
Dengan kata lain, kita bisa secara otomatis mengatakan kata maaf meskipun kita tidak bersalah. Jika kalian merasa terlalu banyak meminta maaf atas suatu hal atau sesuatu yang bukan kesalahan kalian, ada baiknya untuk mulai menganalisis penyebabnya.
Penyebab Sorry Syndrome
Ada beberapa alasan mengapa seseorang terus-menerus meminta maaf meskipun tidak melakukan kesalahan. Pertama, seseorang dengan sorry syndrome cenderung merasa bahwa dirinya adalah penghalang, beban, atau gangguan bagi orang lain sehingga merasa perlu untuk sering meminta maaf.
Kedua, budaya ‘tidak enakan’ atau rasa sungkan juga bisa menjadi penyebab seseorang terlalu banyak meminta maaf.
Ketiga, rasa kurang percaya diri. Ketika menghadapi permasalahan, seseorang dengan rasa percaya diri yang rendah cenderung mengucilkan diri sehingga merasa dirinya adalah sumber masalah.
Keempat, meminta maaf secara berlebihan bisa jadi perilaku yang dipelajari sedari kecil. Untuk menghindari konflik, hukuman, atau penolakan, seseorang akan menekan emosi atau perasaannya dengan meminta maaf.
Kelima, perasaan bersalah itu bisa datang dari orang lain yang memengaruhi kita (guilt) untuk minta maaf, maupun regret yang muncul dari dalam diri kita. Kedua perasaan bersalah tersebut memiliki kesamaan, yaitu menciptakan gejolak emosi yang membuat kita ingin memperbaiki keadaan.
Tanda-Tanda Sorry Syndrome
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami sorry syndrome adalah dengan mengenali tanda-tanda yang muncul. Seseorang dengan sorry syndrome biasanya meminta maaf untuk hal-hal yang bukan merupakan kesalahan mereka.
Tidak Jarang mereka juga meminta maaf atas tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Selain itu, seseorang dengan sorry syndrome akan meminta maaf untuk hal-hal yang bahkan berada di luar kendali mereka.
Dampak Sorry Syndrome
Meminta maaf merupakan sebuah hal baik yang sudah seharusnya kita lakukan ketika melakukan kesalahan. Orang lain akan menghargainya apabila kita mau mengakui kesalahan dan meminta maaf sebelum terlambat.
Tetapi, terlalu sering meminta maaf tanpa benar-benar memahami kesalahan kita, atau bahkan meminta maaf untuk kesalahan yang bukan merupakan tanggung jawab kita justru dapat membawa dampak yang negatif terhadap diri kita dan orang lain.
Seseorang yang meminta maaf secara berlebihan sering dikaitkan dengan kepribadian yang cenderung kurang menghargai diri sendiri hingga dianggap sebagai people pleaser.
Cara Mengurangi Minta Maaf Yang Berlebihan
Untuk dapat mengatasi sifat ini, kamu perlu membangun batasan untuk perilaku diri sendiri terhadap orang lain.
Pertama, ubah mindset dengan menempatkan ungkapan maaf sesuai dengan situasi tertentu saja. Kalian juga bisa menanyakan ke diri sendiri, apakah benar-benar membuat salah kepada orang lain atau hanya perasaanmu saja. Biasakan untuk menggunakan kata maaf sesuai dengan konteks, misalnya ketika kalian memang benar-benar melakukan kesalahan tersebut.
Kedua, ada baiknya agar kalian terlebih dahulu menghargai diri sendiri dan mengerti nilai dari diri sendiri. Sehingga, tidak merendahkan diri sendiri dengan selalu meminta maaf.
Ketiga, jangan meminta maaf untuk hal-hal kecil yang bukan kesalahan kalian karena hal tersebut bisa membuat orang lain meremehkan permintaan maaf kalian.
Nah, itu tadi sekilas tentang sorry syndrome. Semoga, setelah ini Fellas bisa mengurangi intensitas minta maaf yang berlebihan dan lebih menyesuaikan penggunaan kata maaf dengan sesuai.
Penulis: Shellta Mallarangi
Editor: Hera
Desain:
SEO: Novia Razmuliani
REFERENSI:
- Curve, B. (n.d.). are You Apologizing Too Much? You May Have ‘Sorry Syndrome.’ Retrieved From https://www.higherechelon.com/podcasts/apologizing-too-much-sorry-syndrome/
- Rakshit, D. (2020, August 30). Why Some People Over-Apologize, And Others Never Do. Retrieved from https://theswaddle.com/why-some-people-over-apologize-and-others-never-do/
- Wilding, M. (2021, October 7). How to Stop Over-Apologizing. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/trust-yourself/202110/how-stop-over-apologizing