I Am Okay Indonesia

Tidak Semua yang Tertawa Itu Bahagia

Perkenalkan saya Ami, salam hangat.

Isu kesehatan mental mulai bergaung dan makin banyak orang yang peduli tentang kesehatan mental. Pengalaman saya terhadap kesehatan mental adalah ketika saya memendam permasalahan yang menurut orang banyak harusnya saya marah, harusnya kecewa, harusnya saya bereaksi lebih dari yang saya ekspresikan saat ini. Dua tahun dalam endapan emosi, yang saya simpan dengan rapi, sendiri. 

Saya seorang yang bisa memberikan motivasi ke orang banyak, dalam hal apapun tanpa saya tahu keadaan diri saya sendiri. Terkenal penggembira, berpikiran terbuka, ceria dan menurut orang-orang saya seperti tidak punya masalah apapun. 

Ketidaktahuan mereka, semakin membawa saya jauh untuk menutupi luka, luka yang dibuat oleh pasangan saya, karena dia berselingkuh dan bahkan menikah dengan teman saya sendiri. Luka yang seharusnya butuh perawatan, tapi malah saya abaikan. Selama itu saya melupakan semua masalah yang pernah ada dan mungkin, bisa dibilang saya berpura-pura terlihat tegar di depan banyak orang.

Hingga pada waktunya saya berkuliah di jurusan yang berhubungan dengan kesehatan mental, dari sini saya mengetahui tentang berbagai permasalahan mental dan mulai melirik ke diri saya sendiri.  dan mulai bertanya, sudahkah saya mempunyai mental yang sehat? Bukankah terasa aneh, jika saya setelah lulus nanti, harus menghadapi permasalahan orang lain,  namun  saya belum selesai berurusan dengan diri sendiri?

Saya Mulai berpikir untuk pergi ke ahli kesehatan jiwa, merasa harus ada yang  diperbaiki dalam diri saya. Bulat tekad saya untuk memeriksakan diri. Saya awali dengan meminta rujukan ke psikolog, sesampainya disana,  saya menceritakan apa yang saya alami, psikolog kemudian merujuk saya untuk bertemu dengan psikiater. Janji temu pun dibuat, dalam ruangan psikiater diawali dengan kecanggungan dan bingung mulai dari mana saya akan bercerita.

Mungkin Psikiater mengerti kecanggungan saya, ia segera mengawali sesi dengan percakapan ringan yang membuat saya merasa nyaman  Setelah merasa nyaman, saya mulai menceritakan apa yang terjadi dalam kehidupan  dan jiwa saya beberapa tahun terakhir ini.

Meluncur dengan begitu lancarnya saya bercerita, yang membuat saya heran adalah tidak ada air mata atau kesedihan. Psikiater terus membuat catatan ketika saya bercerita. Sampai akhirnya psikiater menuliskan resep obat agar saya bisa menenangkan diri. Saya terdiagnosa anxiety dan depresi berat. Kaget dan bingung karena selama ini saya tidak pernah merasakan gejala atau apapun yang berkaitan dengan diagnosa tersebut.

Saya hanya ingat bahwa ketika permasalahan saya dengan pasangan terjadi, saya tidak bisa marah bahkan menangis, seperti halnya orang lain yang mungkin sudah kalap jika pasangannya mengakui hubungan gelap dengan teman sendiri. 

Beberapa hal yang saya rasakan sebelum didiagnosa mengalami anxiety dan depresi berat:

  1. Tidak bisa mengeluarkan emosi
  2. Sulit untuk tidur
  3. Selalu merasa bingung dengan diri sendiri

[PERHATIAN: Artikel ini hanya untuk membagikan pengalaman pribadi dan bukan untuk acuan diagnosa. Dilarang keras untuk melakukan self diagnose.]

Dari situ saya mulai menyadari kenapa saya tidak bisa mengeluarkan emosi saya, serta mengapa saya sulit untuk tidur dan selalu bingung dengan diri sendiri

Tidak akan pernah saya sesali pengalaman dengan psikiater dalam pengobatan diri, saya sadar bahwa saya butuh pertolongan, diri saya butuh untuk ditolong. Dengan menolong diri sendiri, saya sadar akan apa yang terjadi, saya siap untuk menolong lebih banyak orang lagi nantinya. 

Tersadar bahwa tidak semua orang yang kita lihat bisa tertawa mereka bahagia. Kita tidak pernah tahu sedalam apa luka yang mereka punya. Saya yakin setiap diri manusia punya lukanya masing-masing. 

Terima kasih sudah membantu untuk berbagi cerita.

Desain oleh: Nanda Luthfiah
Penulis: Afni Handayani
Editor: Muthia Nida

I Am Okay
I Am Okay merupakan wadah kolaborasi sosial berbentuk kampanye edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja Indonesia.